Rabu, 18 Januari 2017

“Meuripee (Patungan) dalam Sebuah Kenduri Pernikahan di Kampong”



Patungan  meuripee (dalam bahasa Aceh) adalah bersama-sama membeli, menyewa, dan sebagainya, atau bersama-sama mengumpulkan uang untuk maksud tertentu  (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dalam budaya masyarakat Aceh sampai saat ini masih sangat kental sekali dengan budaya meuripee ini.
Sebuah keluarga jika ingin mengadakan acara kenduri  pernikahan salah satu anggota keluarga mereka, biasanya sebelumnya keluarga inti (Abang, adik dari orangtua yang berhajat (dara baro atau linto baro), sepupu dari pihak ayah dan ibu, kakek dan nenek (jika masih hidup) dari pihak ayah dan ibu akan mengadakan rapat kecil membicarakan teknis pelaksanaan acaranya, sumber dana, berapa jumlah tamu yang akan diundang. 
Jumlah uang ripee sangat tergantung dari kemampuan masing-masing pihak. Semakin dekat kekerabatannya biasanya jumlahnya  semakin banyak. Dalam sebuah cara kenduri pernikahan, tidak hanya uang, terkadang mereka menanggung, beras , sayur,  ternak (sapi, kerbau, kambing ) yang akan disembelih untuk acara kenduri tersebut, atau menanggung makanan, salah satu atau lebih menu yang akan disajikan misalnya, Kuah beulangong (kuah kari), rendang, ayam, telur, kue-kue,  tape , rujak, serabi dan sebagainya, dengan porsi sejumlah tamu undangan yang akan diundang.  Ada juga materi ripee itu berupa sewa  peralatan yang dibutuhkan untuk kenduri, misalnya sewa teratak dan segala atributnya (meja, kursi, piring dan sebagainya), perkakas masak, serta pelaminan, yang jumlahnya juga tidak bisa dibilang sedikit.
Saya pernah mendengar cerita dari seorang teman saya yang keluarganya (makciknya) baru saja mengadakan kenduri pernikahan  putrinya. Makciknya tersebut bukanlah orang berada, tetapi beliau memiliki saudara yang  punya uang walau belum bisa dibilang orang kaya. Awalnya mereka ragu untuk mengadakan kenduri besar mengingat keluarga makciknya bukan keluarga yang mampu, tetapi pihak keluarganya berembuk untuk memastikan berapa sumberdaya yang dimiliki untuk mengadakan kenduri. Walhasil jumlah uang dan sumberdaya lain yang terhitung dalam jumlah yang mencukupi untuk sebuah kenduri besar dikampung. Akhirnya mereka dapat mengundang 4 kampong disekitar tempat mereka tinggal, beserta sahabat dan kerabat keluarga  yang bertempat tinggal jauh dari rumah mereka.
Meuripee ini juga salah satu kearifan lokal yang saya pikir  jangan sampai dibuang-lah, walau mungkin beberapa  keluarga yang mampu ini tidak terlalu berfungsi.
 #savemeuripee, #meuripeebudayakita


Tidak ada komentar:

Posting Komentar